Ada beberapa teknologi yang telah digunakan untuk mengurangi adanya polutan yang ada yaitu secara kimia, fisik, dan biologis. untuk fisik, biasanya digunakan arang aktif sebagai penyaring/filter. Secara kimia, ditambahkan bahan kimia atau dilakukan proses tertentu (insinerasi). Belakangan ini, metode fisiko kimia yang digunakan dalam mengatasi permasalahan polutan H2S dan juga mengurangi senyawa sulfur yaitu adsorpsi, insinerasi, absorpsi. Namun, cara ini membutuhkan energi yang lebih tinggi dan juga membutuhkan dana yang tinggi. Bermacam proses biologi yang telah digunakan dalam mengatasi gas kontaminan dengan H2S telah diteliti.
Pengolahan polutan secara biologis merupakan suatu metode biotrickling filter, bioscrubber, dan biofilter. Metode biotrickling filter telah diajukan sebagai alternatif dalam mengatasi polutan gas H2S. dalam sistem biotricklingfilter
ini terdapat suatu bagian terisi bahan yang tersusun sedemikianrupa
menjadi satu lapisan yang pori (memiliki celah) agar dapat dilalui gas
yang terkontaminasi. Pada bagian muka bahan yang tersusun di dalam kolom
itu akan terbentuk lapisan biofilm. Gas yang terkontaminasi dialirkan
searah atau berlawanan kemudian akan ada kontak fisik dengan cairan yang
terdapat nutrisi sehingga akan terbentuk kondisi yang sesuai sehingga
kelangsungan hidup serta aktivitas biofilm terjaga. Gas di serap dan
di oksidasi secara biologis, kemudian senyawa H2S berubah
menjadi senyawa sulfur yang teroksidasi seperti sulfur (belerang) dan
sulfat yang keluar dari bioreaktor di dalam cairan akhirnya gas polutan
(H2S) akan berkurang.
Bakteri Acidithiobacillus thiooxidans dapat menggunakan H2S
sebagai sumber energinya, sepertinya sesuai karena persyaratan
nutrisinya rendah. Dilakukannya inokulasi kultur mikrob dalam sistem biotricklingfilter, kapasitas dan efisiensi untuk mengurangi gas H2S dan senyawa organosulfur lain di dalam proses operasi system dapat meningkat. Beberapa strain Thiobacillus thioparus menunjukkan efisiensi tinggi untuk mengurangi/ menghilangkan H2S,
dan mampu memecah methanethiol, dimetilsulfida, dan dimetildisulfida
dengan digunakannya karbon disulfida untuk sumber energi. Penggunaan
mikrob unggul dalam sistem kerja dari biotrickling filter ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan mengurangi /menghilangkan gas H2S.
Biotrickling Filter merupakan teknologi
yang dianggap sebagai sesuatu yang baru untuk mengatasi polusi udara.
Berbagai macam bahan digunakan untuk membantu pembentukan biofilm mikrob
di antaranya cincin poli etilen, busa tanah di atom, polystyrene,
karbon aktif digabung dg polistiren, keramik, bahan pelet sintetis serta
perlit. Pada umumnya, karakteristik bahan berpori- pori dan bagian
muka bahan yang tidak hidrofobik dapat dijadikan tempat kolonisasi
mikrob dan kemudian membentuk biofilm.
Mengapa sistem biotrickling filter ini lebih disukai dibanding teknologi yang lain adalah karna biotrickling filter
memiliki sebuah sistem sirkulasi berupa cairan yang dapat dimanfaatkan
untuk tempat memberikan nutrisi bagi mikro organisme.. peputaran cairan
dapat membantu menghindarkan terjadinya kekeringan pada bahan filter
yang digunakan dan juga memungkinkan agar dilakukan penghilangan
metabolit yang dihasilkan selama degradasi yang selanjutnya dapat di
daur ulang . Bahan kemasan yang telah digunakan di dalam sistem biotrickling filter ini biasanya merupakan bahan inert atau sintetis seperti keramik, terak, busa dan cincin plastik, atau juga batuan vulkanik.
Bahan – bahan tersebut dapat memberikan
suatu permukaannya untuk tempat pembentukan biofilm di mana tempat
sebagian besar mikro organisme yang dapat mendegradasai polutan.
Temperature harus dapat dipertahankan antara kisaran 27-29 °C bagi
mikro organisme untuk dapat tumbuh dan pH cairan yang tersirkulasi harus
tetap dalam kondisi netral untuk dapat menghindari pengasaman di dalam
system tersebut. Oleh karena itu, pemantauan harus terus menerus
dilakukan terhadap kondisi air, udara, penurunan tekanan, temperatur
yang diperlukan dan pH,.
Setelah penggunaan yang cukup lama,
maka di dalam suatu lapisan filter, permukaan bahan akan dilapisi
biomassa mikro organisme atau disebut juga biofilm. sebab hal tersebut ,
kelamaan pori- pori pada lapisan tersebut akan semakin menyempit.
Akibatnya gas yang terkontaminasi dan juga air yang dimasukkan dalam
sistem akan mengalami kesulitan untuk dialirkan kembali ke dalam lapisan
tersebut. Dengan Terjadinya penghambatan tersebut akan dapat
menurunkan efisiensi dari pengurangan gas – gas yang menjadi
polutan/beracun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar